KONFLIK
SOSIAL
1.
Pengertian
Secara
sosiologis konflik sosial dapat diartikan sebaga suatu proses antara dua orang
atau lebih. Bisa juga kelompok yang berusaha menyingkirkan pihak lain dengan
jalan mengncurkan dan membuatnya tidak berdaya.
Suatu
konflik atau pertiakaan ditandai dengan pertentanga antara dua pihak yang
mempunyai perbedaan-perbedaan fiisik, emosi, unsur-unsur keebudayaan, pola-pola
dan perilaku. Pertentangan juga ditandai deengan keinginan menghancurkan atau
menyakiti pihak lawan.
2. Contoh Konflik yang terjadi di
dalam kelas XII AV 1
PERINGATAN,
contoh konflik ini berdasarkan fakta
yang telah terjadi, yang telah kami
himpun dari 2 tahun lebih kebersamaan kami sebagai sebuah kelas. Serta dalam
penulisanya kami tidak menambah atau mengurangi poin-poin utama. Semoga tulisan
tentang contoh konflik ini tidak membuat konflik-konflik baru dan tidak
melanjutkan konflik yang sudah selesai karena semata-mata ini hanya tugas IPS
tentang konflik sosial.
a. Vandal make Brutal
Kejadian
ini takkan dilupakan begitu saja karena ini merupakan satu-satunya perkelahian
antar siswa dalam kelas kami. Kejadian ini terjadi di kelas X, kejadianya
bermula dari guauan antar siswa. Tapi saat Andi D.H (nama sebenarnya) mengambil
spidol dan menulis ditembok “Cupet (alias Aji Royan 06/XII AV 1) ♥ Deby (O5/XII MM)”. Cupet beusaha meraih spidol dari Andi DH, semula kami hanya mengira itu bercanda. Tapi
setelah terjadi saling dorong perkelahian hampir terjadi kami seelah segera
menahan dan memisahkan mereka berdua. Lazimnya orang emosi, kata-katanya pun
menantang. Kami masih ingat ketika Andi Dh mengatakan,”Kono undangno Bapakmu, aku ra wedi”. Konflik ini berakhir
sendiri tanpa kekersan lagi, dan mereka berteman lagi sampai sekarang. Sejak
saat itu kami tidak pernah vandal seperti tu lagi, kecuali Azhar (18/XII AV 1)
yang senang menuliskan no hp yg kemudian ditulisi Kimcil dsb.
b. No Movie in MY TIME
Konflik ini merupakan
konflik vertikal, karna terjadi antara beberapa siswa kelas kami dengan dua
guru pelajaran prroduktif yang berinisial Bpk.Jumari dan Bpk. Joko Suripno.
Konflik ini terjadi di Bengkel AV, Saat pelajaran Bpk. Jumari tentang
pengeditan video, waktu itu bebrapa murid sedang melaukan editing, sebagian
mlakukan pngabilan gambar dan sebagian lagi menganggur. Beberapa kelompok siswa
yang menganggur kemudian memutuskan menonton film Green Street Holigan. Tanpa
disadari Bpk. Jumari datang dan mengambil laptop yg memutar film tersebut.
Setelah itu terjadi perundingan yang cukup rumit antara siswa-siswa yang
menonton film tsb dengan Bpk Joko selaku wali kelas. Siswa-siswa yang tanpa
didampingi pnguasa hukum tsb akhirnya harus menyerahkan surat pernyataan dengan
materai 6000 yang dibeli seharga Rp 7.000.00.
c. Say HUUUU…. For Her
Sebenarnya konflik atau
kejadian ini baru berlangsung dari awal kelas XII, tapi sampai sekarang masih
berlanjut. Entah siapa yang memulai tapi kalau ini terjadi kekompakan kelas itu
nyata. Bukan diskriminasi tapi satu tingkat dibawahnya. Hal ini dialami oleh
salah seorang anak perempuan di kelas kami, yang namanya kami samarkan menjadi
Nunung (26/XII AV 1). Setiap ada berlangsung KBM atau tidak, ada saja tingkah lakunya yg
Weirdo, salah waktu. Contohnya saat peelajran sudah mulai hidup dan ramai, dia
biasanya akan keceplosan dalam bekata. Dan selanjutnya kami sekelas hanya bias
berteiak HUUUU….. intinya dia selalu diPOYOKI…
3. Kesimpulan
Dari
data yang telah kami sampaikan di atas tentang konflik di atas dapat kami simpulkan bahwa :
a.
Jangan pernah vandal dengan nama alias
b.
Harga materai tidak sesuai dengan tulisan
asli
c.
Biasanya Faktor individu adalah faktor
utama pembuat/ yang menimbulkan konflik .
konnflik
yang terjadi tidak mengarah ke kekerasan yang berkepanjangan. Kebanyakan faktor
penyebab konflik adalah faktor individu. Beberapa konflik dapat diseelesaikan dan yang lainya belum.
Serta kami simpulkan bahwa konflik akan terus ada sekalipun itu didlm
lingkungan kelas, yang tentunya tingkat kekomplekanya sangat berbeda jauh dari
yg ada di masyarakat. Untuk penyelesainyaa sendiri kami menganggap itu sebagai sarana pendewasaan
pemikiran, bagaimana kita
mempertimbangkan nilai-nilai, norma, solidaritas dan segala aspek kehidupan
agar konflik dapat dengan cepat disselsaikan. Dan jika kita hanya berfikir
untuk melemahkan dan menghancurkan lawan,maka konflik sulit diselesaikan dan
menjurus ke kekerasan…….
Jadi jangan ditiru ya.......
0 komentar:
Posting Komentar