Kamis, 17 Januari 2013


KONFLIK SOSIAL
1.      Pengertian
Secara sosiologis konflik sosial dapat diartikan sebaga suatu proses antara dua orang atau lebih. Bisa juga kelompok yang berusaha menyingkirkan pihak lain dengan jalan mengncurkan dan membuatnya tidak berdaya.
            Suatu konflik atau pertiakaan ditandai dengan pertentanga antara dua pihak yang mempunyai perbedaan-perbedaan fiisik, emosi, unsur-unsur keebudayaan, pola-pola dan perilaku. Pertentangan juga ditandai deengan keinginan menghancurkan atau menyakiti pihak lawan.

2.      Contoh Konflik yang terjadi di dalam kelas XII AV 1
PERINGATAN, contoh konflik  ini berdasarkan fakta yang telah terjadi,  yang telah kami himpun dari 2 tahun lebih kebersamaan kami sebagai sebuah kelas. Serta dalam penulisanya kami tidak menambah atau mengurangi poin-poin utama. Semoga tulisan tentang contoh konflik ini tidak membuat konflik-konflik baru dan tidak melanjutkan konflik yang sudah selesai karena semata-mata ini hanya tugas IPS tentang konflik sosial.
a.      Vandal make Brutal
Kejadian ini takkan dilupakan begitu saja karena ini merupakan satu-satunya perkelahian antar siswa dalam kelas kami. Kejadian ini terjadi di kelas X, kejadianya bermula dari guauan antar siswa. Tapi saat Andi D.H (nama sebenarnya) mengambil spidol dan menulis ditembok “Cupet (alias Aji Royan 06/XII  AV 1) ♥ Deby (O5/XII MM)”. Cupet  beusaha meraih spidol dari Andi DH,  semula kami hanya mengira itu bercanda. Tapi setelah terjadi saling dorong perkelahian hampir terjadi kami seelah segera menahan dan memisahkan mereka berdua. Lazimnya orang emosi, kata-katanya pun menantang. Kami masih ingat ketika Andi Dh mengatakan,”Kono undangno  Bapakmu, aku ra wedi”. Konflik ini berakhir sendiri tanpa kekersan lagi, dan mereka berteman lagi sampai sekarang. Sejak saat itu kami tidak pernah vandal seperti tu lagi, kecuali Azhar (18/XII AV 1) yang senang menuliskan no hp yg kemudian ditulisi Kimcil dsb.

b.      No Movie in MY TIME
Konflik ini merupakan konflik vertikal, karna terjadi antara beberapa siswa kelas kami dengan dua guru pelajaran prroduktif yang berinisial Bpk.Jumari dan Bpk. Joko Suripno. Konflik ini terjadi di Bengkel AV, Saat pelajaran Bpk. Jumari tentang pengeditan video, waktu itu bebrapa murid sedang melaukan editing, sebagian mlakukan pngabilan gambar dan sebagian lagi menganggur. Beberapa kelompok siswa yang menganggur kemudian memutuskan menonton film Green Street Holigan. Tanpa disadari Bpk. Jumari datang dan mengambil laptop yg memutar film tersebut. Setelah itu terjadi perundingan yang cukup rumit antara siswa-siswa yang menonton film tsb dengan Bpk Joko selaku wali kelas. Siswa-siswa yang tanpa didampingi pnguasa hukum tsb akhirnya harus menyerahkan surat pernyataan dengan materai 6000 yang dibeli seharga Rp 7.000.00.

c.       Say HUUUU…. For Her
Sebenarnya konflik atau kejadian ini baru berlangsung dari awal kelas XII, tapi sampai sekarang masih berlanjut. Entah siapa yang memulai tapi kalau ini terjadi kekompakan kelas itu nyata. Bukan diskriminasi tapi satu tingkat dibawahnya. Hal ini dialami oleh salah seorang anak perempuan di kelas kami, yang namanya kami samarkan menjadi Nunung (26/XII AV 1). Setiap ada berlangsung KBM  atau tidak, ada saja tingkah lakunya yg Weirdo, salah waktu. Contohnya saat peelajran sudah mulai hidup dan ramai, dia biasanya akan keceplosan dalam bekata. Dan selanjutnya kami sekelas hanya bias berteiak HUUUU….. intinya dia selalu diPOYOKI…

3.      Kesimpulan

Dari data yang telah kami sampaikan di  atas tentang  konflik di atas dapat kami simpulkan bahwa :
a.       Jangan pernah vandal dengan nama alias
b.      Harga materai tidak sesuai dengan tulisan asli
c.       Biasanya Faktor individu adalah faktor utama pembuat/ yang menimbulkan konflik .
konnflik yang terjadi tidak mengarah ke kekerasan yang berkepanjangan. Kebanyakan faktor penyebab konflik adalah faktor individu. Beberapa konflik  dapat diseelesaikan dan yang lainya belum. Serta kami simpulkan bahwa konflik akan terus ada sekalipun itu didlm lingkungan kelas, yang tentunya tingkat kekomplekanya sangat berbeda jauh dari yg ada di masyarakat. Untuk penyelesainyaa sendiri kami  menganggap itu sebagai sarana pendewasaan pemikiran,  bagaimana kita mempertimbangkan nilai-nilai, norma, solidaritas dan segala aspek kehidupan agar konflik dapat dengan cepat disselsaikan. Dan jika kita hanya berfikir untuk melemahkan dan menghancurkan lawan,maka konflik sulit diselesaikan dan menjurus ke kekerasan…….
Jadi jangan ditiru ya.......

0 komentar:

Posting Komentar